Ubasute no Hanashi
Author: Abu Aufa
Dahulu kala di Jepang terdapat sebuah kebiasaan yang
dilakukan oleh para petani miskin yang disebut
'Ubasute', yaitu membuang orang tua mereka yang telah
lanjut usia di daerah pegunungan. Hal ini dilakukan
karena mereka terlalu miskin untuk menghidupi orang
tua mereka. Cerita ini adalah cerita kuno dan di masa
ini tentu saja tidak dilakukan hal seperti itu.
Ceritanya:
Pada hari itu, seorang ibu tua dengan digendong oleh
puteranya berangkat menuju gunung untuk 'disisihkan'.
Namun selama perjalanan ia mematahkan ranting-ranting
dan menjatuhkannya. Ketika ditanya oleh puteranya, ia
menjawab, "Agar kau tidak tersesat pada waktu kembali
ke desa." Mendengar hal itu, puteranya terharu dan
menangis lalu menggendong ibunya dan kembali ke rumah
mereka.
Ikhwah fillah rahimakumullah,
Hikmah apa yang dapat kita ambil dari kisah diatas?
Tentu banyak sekali, melimpah bagaikan air yang
mengucur, mengalir deras ke sebuah telaga hati. Hikmah
betapa kasih sayang orangtua kita tak akan luntur
sepanjang zaman, walaupun mungkin kita sendiri telah
menjadi orangtua dari anak-anak kita.
Dalam Islam, perintah berbakti kepada orangtua ini
telah nyata-nyata termaktub di QS: Al Isra' 23-24,
"Dan Tuhanmu telah memerintahkan agar kamu jangan
menyembah selain Dia, dan hendaklah kamu berbuat baik
kepada ibu-bapakmu dengan sebaik-baiknya. Jika salah
seorang dari keduanya atau kedua-duanya sampai
berusia lanjut dalam pemeliharaanmu, maka jangan
sekali-kali mengatakan 'ah' dan janganlah kamu
membentak mereka, serta ucapkanlah kepada mereka
ucapan yang mulia. Dan rendahkanlah dirimu terhadap
mereka dengan penuh kasih sayang, serta ucapkanlah,
"Ya Allah, kasihanilah mereka sebagaimana mereka
keduanya telah mendidik aku sewaktu kecil."
Allah SWT juga telah memerintahkan kita untuk selalu
bersyukur selain kepada-Nya, juga kepada orangtua kita
[QS: Lukman 14]. Bahkan Rasulullah SAW dalam sebuah
haditsnya yang diriwayatkan Bukhari dan Muslim dari
Abdullah bin Amrin bin Ash, pernah mengatakan nilai
pahala berjihad pun tak kalah dengan berbakti kepada
orangtua.
Kalau kita durhaka kepada orangtua, maka dosanya
adalah sebuah dosa besar, demikian pula pesan
Rasulullah SAW. Bahkan Allah sangat melaknat
orang-orang seperti itu, dalam sebuah hadits yang
diriwayatkan Ibnu Hibban dari Ibnu Abbas, "Allah
sangat melaknat orang yang durhaka kepada orangtua.
Allah sangat melaknat orang yang mencela bapaknya,
dan Allah sangat melaknat orang yang menyakiti hati
ibunya."
Serem ya, takut ya! Iya! Padahal berbuat baik kepada
orangtua bukanlah sesuatu yang sulit lho. Mungkin di
saat kita kecil, kalau nakal dicubit atau dipukul,
apakah itu karena mereka benci kepada kita? Lha,
salahnya sendiri, nakal sih! Coba kalau gak nakal, gak
bakal dicubit kan? Paling juga cubit gemes (sakit juga
sih). Saat itu mungkin perasaan kita mengatakan, "Apa
iya sih saya ini anak angkat, kok mama benci banget
sampe' nge-nyubit?" atau pula, "Apa sebaiknya nyari
mama yang lain aja ya, yang baik, gak pernah nyubit
biar pun nakal, minta apa aja pasti dibeliin."
Yee...emang enak nyari mama, konsultasi dulu dong ama
ayah! Haknya ayah tuh, bukan hak kamu lagi. (nikoniko
suru**)
Kalau dalam perjalanan hidup ini kaya'nya susah
banget, rezeki seret, rumah masih ngontrak, kerjaan
gak ada, anak bawel melulu, bla...bla...bla... coba
ingat-ingat, apakah itu karena kita pernah durhaka
kepada orangtua? Karena siksa bagi orang yang durhaka
kepada orangtua, siksaannya akan diberikan dengan
segera, ketika masih berada di dunia ini [HR. Hakim
dan Abu Bakar]. Itu pula sebagai tanda dari sebuah
dosa besar yang pernah kita lakukan, yaitu laknat dari
Allah SWT baik ketika masih hidup di dunia maupun
setelah di akhirat nanti.
Jika diberikan 2 pilihan, yang mana harus diutamakan,
pilih ibu atau bapak? Ya, harus pilih dua-duanya dong!
Ups...tentunya kita berharap dua-duanya, namun
Rasulullah SAW menegaskan dalam HR Imam Bukhari dan
Muslim, bahwa berbakti kepada ibu lebih
diprioritaskan, bahkan dalam riwayat tersebut, beliau
menyebutnya sampai 3 kali. Kok gitu ya? Iya, karena
seorang bapak kan gak mengandung, dll, 9 bulan lho.
Coba deh direnungkan, sedemikian luas samudera
kesabaran, kecintaan dari sejak mengandung,
melahirkan, menyusui, mengasuh, berjaga semalaman
ketika si anak sakit, mendidik, wah...pokoke curahan
seorang ibu itu tak putus-putusnya. Emang enak jalan
sambil perut maju ke depan gitu, gak bisa ditinggal
lagi. Kalo kaum laki-laki gak percaya, coba deh bundel
beban 3 kiloan, lalu jalan-jalan, 1 jam-an aja, betah
gak ya? Wah...ibu-ibu senyum-senyum deh. Iya, semoga
Allah SWT memberikan pahala yang tak terhingga kepada
ummahat ya.
Karena itu, sebelum terlambat dan tertutupnya pintu
taubat, serta menghindari dari kemurkaan Allah SWT,
sebagai seorang anak sudah sepatutnya kita berbakti
kepada kedua orangtua dengan penuh hormat, adab dan
akhlak yang baik. Kita bisa sekolah, disebut mahasiswa
(keren kan?), jadi sarjana, bahkan bisa ke Jepang (apa
karena Monbusho? :-)) juga karena ridho mereka,
bukankah ridho orangtua juga ridho Allah SWT.
Mudah-mudahan kita gak jadi sombong, mentang-mentang
lebih kaya, lebih terhormat, calon doktor (atau udah
doktor?), lantas jadi durhaka hanya karena orangtua
kurang pendidikan dan hidup sederhana di kampung,
insya Allah gak ya. Karena bagaimana pun, kepintaran,
kesuksesan dan kemewahan yang kita peroleh saat ini
adalah karena jerih payah, penderitaan, dan terutama
adalah keikhlasan serta do'a dari orangtua.
Mudah-mudahan bermanfaat ya akhi wa ukhti, sambil kita
terus berdoa, "Rabbighfirlii waliwaalidayya
warhamhumma kamaa rabbayaanii shaghiiran", Ya Allah,
ampunilah dosaku, dosa ayah dan ibuku serta kasihilah
mereka sebagaimana kasih mereka padaku sewaktu aku
masih kecil." Aamiin allahumma aamiin
Wallahu a'lam bi-showab,
*IKATLAH ILMU DENGAN MENULISKANNYA*
Al-Hubb Fillah wa Lillah,
Abu Aufa
Notes:
In Japanese:
Ubasute no Hanashi* = kisah Ubasute
Nikoniko suru** = dengan tersenyum
0 Comments:
Post a Comment
Subscribe to Post Comments [Atom]
<< Home